Al-Qur'an Saja yang Akan Menyelamatkan Anda: Peringatan Sang Mahdi kepada Umat yang Sedang Tidur

Ibnu Kahfi
20 Oktober 2025
Penafian: Berikut ini adalah refleksi dan eksplorasi pribadi oleh Ibnu Kahf. Ini tidak mewakili suara resmi Imam Mahdi Nasser Mohammad Al-Yamani, tetapi lebih merupakan upaya yang tulus untuk merenungkan secara mendalam dan berbagi wawasan tentang panggilan refleksi terbesar di zaman kita. Allahu Alam (Allah Maha Mengetahui).

Al-Qur'an Saja yang Akan Menyelamatkan Anda: Peringatan Sang Mahdi kepada Umat yang Sedang Tidur

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Ada ayat-ayat yang mengguncang dunia ketika dipahami, namun kebanyakan orang membacanya setiap hari tanpa mengetahui apa yang terkandung di dalamnya. Di antara penjelasan yang paling mendalam dari Imam Mahdi Nasser Mohammad Al-Yamani adalah ini:

"Al-Qur'an adalah pesan yang komprehensif bagi manusia dan jin, yang berisi semua kunci untuk hal-hal yang gaib."

Ini bukanlah sebuah pernyataan yang berlebihan. Al-Qur'an menggambarkan dirinya sebagai catatan terakhir yang terperinci - kitab yang menjelaskan segala sesuatu, membimbing penciptaan, dan menyingkap hal-hal yang gaib sejak awal penciptaan hingga Hari Akhir.

Namun tragedi di zaman kita adalah bahwa sebagian besar orang yang mengaku mengikutinya justru mengikuti narasi, sekte, dan ritual - melupakan firman Allah yang hidup yang ada di rak-rak mereka.

1. Al-Qur'an: Bukan Sekedar Buku - Tapi Kitab

Imam Mahdi mengingatkan kita bahwa Al-Qur'an bukanlah sebuah komentar atas kebenaran - Al-Qur'an adalah kebenaran itu sendiri.

Ini adalah referensi asli, logika ilahi, dan filter yang harus dilalui oleh setiap klaim lainnya.

"Al Quran berfungsi sebagai petunjuk bagi ciptaan Allah yang menyempurnakan segala sesuatu."

Allah menggambarkannya sebagai:

"Sebuah kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh ilmu pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." - [7:52]

Al-Qur'an bukanlah wahyu yang bersifat parsial. Al-Qur'an bersifat total. Ia tidak terbatas pada abad ketujuh di Arab. Al-Qur'an bersifat kekal.

Seperti yang dikatakan oleh Imam, "ensiklopedia utama tentang manusia dan jin."

2. Ujian Besar: Dajjal dan Pembalikan Kebenaran

"Orang-orang Yahudi telah menjebak kamu dalam ujian terhadap Mesias palsu, sehingga kamu menjadi kafir setelah beriman."

Ini bukanlah peringatan biasa - ini adalah sebuah wahyu pembalikan. Fitnah Dajjal bukan hanya tipu daya yang akan datang. Fitnah itu sudah ada di sini.

Hal ini dimulai ketika umat Islam meninggalkan Al-Qur'an sebagai sumber utama mereka dan membiarkan hadits-hadits yang kontradiktif untuk mendefinisikan keyakinan mereka.

Kita diberitahu bahwa Dajjal akan melakukan mukjizat-menghidupkan kembali orang mati, memerintahkan langit untuk menurunkan hujan. Tetapi Allah berfirman:

"Kepalsuan tidak dapat dimulai dan tidak dapat dipulihkan." - [34:49]

Apakah Allah akan menolong musuh-musuh-Nya dengan mukjizat yang membenarkan kebatilan? Mustahil.

Namun, miliaran orang mempercayainya - karena para narator mengatakannya.

"Maha Suci Allah! Mereka mempercayai perkataan para perawi yang 'dapat dipercaya', tetapi menolak firman Allah."

Penipuan itu tidak berada di luar umat. Penipuan itu ada di dalamnya.

3. Logika, Bahasa, dan Cahaya

Imam mengajak kita kembali kepada apa yang dituntut oleh Al Qur'an - kejelasan.

Ia berargumen bukan dengan ayat-ayat yang tersembunyi atau simbol-simbol mistik, tetapi dengan ayat-ayat muhkamat - ayat-ayat yang jelas dan tidak memerlukan seorang sarjana untuk mengartikannya.

"Saya tidak berdebat dengan ayat-ayat yang ambigu tetapi dengan ayat-ayat yang jelas dan pasti yang tidak memerlukan interpretasi."

Al-Qur'an sendiri mengatakan:

"Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan ditanyai." - [17:36]

Akal bukanlah musuh wahyu. Akal adalah instrumennya.

Al-Qur'an diturunkan kepada orang-orang yang berpikir.

4. Runtuhnya Islam Sektarian

"Tidak ada yang tersisa dari Islam kecuali namanya, dan tidak ada yang tersisa dari Al Qur'an kecuali bentuk tertulisnya di tangan kalian."

Inilah keadaan umat. Umat Islam saat ini berdebat tanpa henti tentang mazhab-mazhab pemikiran, kesetiaan kepada para ulama, dan penilaian rantai hadis - tetapi hanya sedikit yang dapat mempertahankan satu keyakinan secara langsung dari Al-Qur'an.

Metodologi Imam adalah revolusioner hanya karena metodologinya kuno.

Beliau menolak untuk meninggikan ulama di atas firman Allah:

"Seandainya kebenaran mengikuti hawa nafsu mereka, niscaya rusaklah langit dan bumi." - [23:71]

Beliau menerima setiap hadits yang sesuai dengan Al-Qur'an - dan menolak setiap hadits yang bertentangan.

Sederhana. Final. Tak tergoyahkan.

5. Syirik Tersembunyi dari Memuji Tanpa Ilmu

"Aku tidak mengatakan 'Allah ridha dengan si fulan'."

Seberapa sering Muslim berbicara tentang para sahabat, ulama, dan orang-orang suci seolah-olah mereka memiliki akses ke penghakiman Allah?

Imam menunjuk pada ayat tersebut:

"Maka janganlah kamu mengaku dirimu suci. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui siapa yang benar-benar bertakwa kepada-Nya." - [53:32]

Bahkan Nabi Nuh pun tidak bersaksi tentang kebenaran para pengikutnya:

"Perhitungan mereka hanya di sisi Tuhanku, jika kamu mengetahui." - [26:113]

Menyaksikan kesalehan seseorang berarti berbicara tentang Allah tanpa ilmu.

Ini adalah bentuk syirik yang halus - meninggikan pendapat kita di atas hikmah-Nya yang tidak terlihat.

6. Pembalikan Sudah Terjadi

"Jika seseorang mengatakan kepada seekor keledai bahwa Allah akan memberikan mukjizat kepada Dajjal, keledai itu akan berkata, 'Allah tidak gila!"

Dalam metafora yang menakjubkan ini, sang Imam mengungkap absurditas dari kepercayaan bahwa Allah akan memberi kekuatan kepada musuh-musuh-Nya untuk menyaingi para nabi-Nya. Namun, umat Islam membela hadits-hadits semacam itu dengan penuh semangat.

Kita telah dijungkirbalikkan tanpa kita sadari. Kita melihat kepalsuan sebagai iman dan iman sebagai kepalsuan. Ujian telah selesai.

7. Al-Qur'an Bermula Aneh - dan Kembali Aneh

"Al-Qur'an dimulai sebagai sesuatu yang aneh dalam pewahyuannya dan akan kembali sebagai sesuatu yang aneh dalam penafsirannya."

Imam tidak mencari kesetiaan. Dia mencari keselarasan.

Katanya:

"Syarat saya adalah bahwa kita harus menjadikan Al-Qur'an sebagai rujukan kita untuk menghakimi."

Barangsiapa yang menolaknya tanpa dalil dari Al Qur'an, maka ia tidak menolaknya, melainkan menolak Al Qur'an itu sendiri.

8. Penyaring Terakhir dari Kebenaran

Ini adalah inti dari misinya:

- Mengembalikan keputusan kepada Kitab Allah.

- Untuk memisahkan wahyu ilahi dari narasi manusia.

- Mengembalikan Islam kepada logika dan rahmat aslinya.

Dan tantangannya tetap terbuka:

"Jika Engkau melihat aku berada di atas kesesatan, maka selamatkanlah aku dengan Al-Qur'an."

Tidak ada yang melakukannya.

Refleksi Penutup

Al-Qur'an tidak membutuhkan pembelaan. Ia membutuhkan pengembalian.

Ketika Imam Mahdi mengatakan bahwa ia berargumen hanya dengan ilmu, logika, dan al-Quran, ia tidak menafikan Sunnah. Dia membela kemurniannya.

Karena Sunnah yang benar tidak akan pernah bertentangan dengan Al Qur'an, melainkan hanya akan memperjelasnya.

"Maka dengan keterangan apakah, setelah Allah dan ayat-ayat-Nya, mereka akan beriman?" - [77:50]

Jawabannya sederhana: tidak ada.

Allahu Akbar.

Dan shalawat serta salam semoga tercurah kepada para rasul, dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

- Ibnu Kahf, iPonder.

Pernyataan yang Dirujuk

Pernyataan Terkait